Profil Desa Kedunggede
Ketahui informasi secara rinci Desa Kedunggede mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Kedunggede, Lumbir, Banyumas. Mengupas dualisme kehidupan desa: sebagai sentra kerajinan sapu ijuk yang lestari dan sebagai lokasi TPA Regional Kaliori dengan segala tantangan lingkungan dan sosial yang menyertainya.
-
Pusat Kerajinan Sapu Ijuk dan Rayung
Desa Kedunggede merupakan salah satu sentra utama perajin sapu ijuk dan sapu rayung di wilayah Banyumas, sebuah industri kreatif berbasis tradisi yang menjadi penopang penting ekonomi kerakyatan.
-
Lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Regional
Keberadaan TPA Regional Kaliori di wilayahnya menempatkan Desa Kedunggede pada posisi unik, yang menghadirkan peluang ekonomi sekaligus tantangan serius terkait isu lingkungan dan sosial.
-
Identitas yang Terikat pada Alam
Nama dan sejarah desa berakar kuat pada kondisi geografisnya, yaitu keberadaan "Kedung Gede" (kolam sungai yang besar) di aliran Sungai Dermawu, yang membentuk identitas awal masyarakatnya.

Desa Kedunggede, yang berlokasi di Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas, menyajikan sebuah potret desa yang kompleks dengan narasi dualisme yang kuat. Di satu sisi, desa ini adalah rumah bagi para perajin sapu ijuk yang tekun, sebuah warisan ekonomi kreatif yang memanfaatkan hasil alam secara lestari. Di sisi lain, wilayahnya menjadi lokasi bagi fasilitas krusial berskala regional, Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Kaliori, yang membawa serta dinamika ekonomi, sosial dan tantangan lingkungan yang modern. Terletak di tepi aliran sungai yang memberinya nama, Desa Kedunggede adalah sebuah studi kasus menarik tentang bagaimana sebuah komunitas agraris beradaptasi dan bertahan di antara tradisi kerajinan tangan dan realitas pengelolaan lingkungan kontemporer.
Jejak Sejarah dalam Nama dan Aliran Sungai
Identitas Desa Kedunggede terukir dari lanskap alamnya. Nama desa ini berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu "Kedung" yang berarti bagian sungai yang dalam dan tenang, dan "Gede" yang berarti besar. Nama ini merujuk pada sebuah titik di aliran Sungai Dermawu yang melintasi wilayah desa, di mana terdapat sebuah kolam sungai yang berukuran besar dan dalam. Pada masa lampau, "Kedung Gede" ini memegang peranan vital sebagai sumber air, lokasi mencari ikan, dan pusat aktivitas komunal bagi masyarakat yang pertama kali mendiami wilayah tersebut. Sungai dan "kedung" inilah yang menjadi saksi bisu sekaligus sumber kehidupan yang membentuk peradaban awal di Desa Kedunggede.
Secara geografis, wilayah Desa Kedunggede didominasi oleh perbukitan landai dan lembah-lembah sungai yang subur, menyediakan lahan yang cocok untuk pertanian dan perkebunan, serta tumbuhnya pohon aren yang menjadi bahan baku utama kerajinan lokal.
Kerajinan Sapu Ijuk: Warisan Ekonomi yang Lestari
Salah satu pilar ekonomi yang paling menonjol dan menjadi ciri khas Desa Kedunggede ialah industri kerajinan sapu. Para perajin di desa ini menghasilkan dua jenis sapu utama yang dikenal luas akan kualitas dan keawetannya: sapu ijuk dan sapu rayung.
Proses Produksi Penuh Ketekunan
Kerajinan ini merupakan wujud dari ekonomi sirkular tradisional, mengubah serat alam menjadi produk bernilai guna.
- Sapu IjukDibuat dari serat hitam dan kaku yang berasal dari pohon Aren (Arenga pinnata). Prosesnya dimulai dari memisahkan serat ijuk dari pelepah pohon, membersihkannya, lalu mengikatnya dengan kuat pada gagang kayu. Keunggulan sapu ijuk ialah kekuatannya untuk menyapu kotoran kasar di lantai atau halaman.
- Sapu RayungDibuat dari bunga tanaman gelagah atau Rayung (Saccharum spontaneum). Bunga yang telah mekar dan mengering dipanen, diikat menjadi satu, dan diberi gagang. Sapu ini memiliki tekstur yang lebih lembut dan sangat efektif untuk membersihkan debu halus di dalam ruangan.
Kegiatan produksi ini sebagian besar dilakukan secara manual di rumah-rumah warga, melibatkan seluruh anggota keluarga dan menciptakan sebuah ekosistem ekonomi kerakyatan yang solid.
Jaringan Ekonomi dan Pemasaran
Hasil kerajinan sapu dari Kedunggede tidak hanya memenuhi pasar lokal di Banyumas, tetapi juga didistribusikan ke berbagai kota di Jawa Tengah dan sekitarnya. Para perajin biasanya menjual produk mereka kepada para pengepul yang datang secara rutin ke desa, yang kemudian membawanya ke pasar-pasar yang lebih besar. Industri ini, meskipun bersifat tradisional, telah terbukti menjadi sumber pendapatan yang andal bagi banyak keluarga selama puluhan tahun.
TPA Kaliori: Wajah Modern dan Tantangan Lingkungan
Di sisi lain dari spektrum ekonomi dan lingkungan, Desa Kedunggede menjadi lokasi bagi TPA Regional Kaliori. Fasilitas ini merupakan pusat pengelolaan sampah untuk sebagian besar wilayah Kabupaten Banyumas, menampung ratusan ton sampah setiap harinya. Kehadiran TPA ini membawa dampak ganda yang signifikan bagi desa.
Peluang Ekonomi dan Dampak Sosial
Secara ekonomi, TPA Kaliori membuka lapangan kerja baru bagi warga sekitar, baik sebagai pekerja operasional yang digaji oleh dinas terkait maupun sebagai pemulung yang menggantungkan hidup dari memilah barang-barang daur ulang. Aktivitas di sekitar TPA juga menumbuhkan usaha-usaha kecil seperti warung makan dan toko.
Tantangan Lingkungan dan Kesehatan
Namun dampak negatif dari keberadaan TPA tidak dapat diabaikan dan menjadi isu sentral bagi warga Desa Kedunggede. Tantangan utama meliputi:
- Polusi UdaraBau tidak sedap yang berasal dari tumpukan sampah seringkali terbawa angin hingga ke area pemukiman, mengganggu kenyamanan dan aktivitas warga.
- Potensi Pencemaran AirAir lindi (leachate), yaitu cairan beracun yang dihasilkan dari dekomposisi sampah, berisiko merembes dan mencemari sumber air tanah serta aliran sungai jika sistem pengelolaannya tidak optimal.
- Isu KesehatanPotensi munculnya penyakit yang ditularkan oleh vektor seperti lalat dan tikus yang berkembang biak di area TPA menjadi kekhawatiran serius bagi masyarakat.
Dinamika ini seringkali menimbulkan ketegangan sosial dan menuntut perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten Banyumas, terutama Dinas Lingkungan Hidup (DLH), untuk memastikan pengelolaan TPA dilakukan sesuai standar dan program kompensasi dampak bagi warga sekitar berjalan efektif.
Peran Pemerintah Desa dalam Menjaga Keseimbangan
Pemerintah Desa Kedunggede berada dalam posisi yang unik dan menantang. Di satu sisi, mereka harus terus mendorong dan memberdayakan para perajin sapu ijuk sebagai aset ekonomi warisan. Di sisi lain, mereka berperan sebagai mediator utama antara aspirasi dan keluhan warga dengan pihak pengelola TPA Kaliori. Upaya untuk menyeimbangkan dua realitas ini menjadi agenda krusial, misalnya dengan memperjuangkan program Corporate Social Responsibility (CSR) dari pengelolaan TPA untuk dialokasikan pada program pemberdayaan perajin atau program kesehatan bagi warga terdampak.
Desa Kedunggede adalah sebuah narasi tentang kehidupan yang terus beradaptasi. Berawal dari identitas yang dibentuk oleh sebuah "Kedung Gede" di aliran sungai, desa ini bertumbuh dengan mengandalkan ketekunan para perajin sapu ijuknya. Kini, ia dihadapkan pada realitas baru sebagai tuan rumah bagi fasilitas pengelolaan sampah modern. Masa depan Desa Kedunggede akan sangat bergantung pada kemampuannya untuk mengelola dualisme ini secara bijak: melestarikan dan mengembangkan nilai ekonomi dari kerajinan tradisionalnya, sambil terus menuntut dan mengawasi pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab demi kesehatan dan kesejahteraan warganya. Ini adalah perjalanan mencari harmoni antara warisan alam, kreativitas manusia, dan tanggung jawab di era modern.